Kamis, 31 Januari 2013

List Property Rumah Tahun 2013/2014 Kalimantan Barat

Berikut Merupakan List Property Rumah Untuk Tahun 2013/2014 Kalimantan Barat :
Note : Harga Masih Bisa Nego

Minat? Informasi lebih lanjut hubungi :
-089646438683
-085787097977
pin BB : 27F979D7
~thx~

APD (Alat Keselamatan Diri)


Alat Keselamatan Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Sesuai yang tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
No.
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1
Safety Helmet

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2
Sabuk Keselamatan (Safety Belt)


Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
3
Sepatu Karet (Sepatu Boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
4
Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
5
Sarung Tangan (Safety Gloves)
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
No.
Nama Alat
Gambar
Fungsi
6
Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7
Penutup Telinga (Ear Plug)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising (missal saat memotong besi)
8
Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja agar tidak terkena kontak dengan zat berbahaya saat bekerja (misalnya mengelas).
9
Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
10
Pelindung Wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan mengelas).
11
Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

SALURAN DRAINASE DI WILAYAH JALAN PANGLIMA A’IM KECAMTAN PONTIANAK TIMUR



Kecamatan Pontianak Timur dengan luas wilayah 8,78 km2 terdiri atas 7 kelurahan.
Batas-batas wilayah kecamatan ini adalah sebagai berikut:
Ø Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Landak
Ø Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kuala Ambawang, Kecamatan Sungai Ambawang, dan Desa Kapur, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Pontianak.
Ø Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Kapuas
Ø Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Kapuas
Pada tahun 1997, penduduk Kecamatan Pontianak Timur berjumlah 56.816 jiwa.
Setiap tahun semakin banyak jumlah penduduk yang tinggal di daerah jalan Panglima A’im Kecamatan Pontianak Timur, sehingga mengakibatkan area terbuka hijau banyak di alih fungsikan sebagai tempat tinggal. Dengan semakin banyaknya area yang di alih fungsikan, maka semakin sedikit pula area yang digunakan sebagai saluran drainase.
Dengan jumlah penduduk yang semakin padat memaksa pemerintah untuk melakukan pelebaran jalan yang berdampak pada menyempitnya saluran drainse. Jika hal ini berlangsung terus maka kemungkinan besar di tahun yang akan datang kapasitas saluran drainase akan semakin berkurang dan tidak menutup kemungkinan saluran drainase akan tidak ada lagi akibat ditutup oleh jalan.
Pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola drainase juga kurang aktif melakukan tugasnya seperti melakukan pembersihan/pengerukan drainase yang seharusnya rutin dilakukan. Selain itu, masih belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum dan aturan perundangan yang berlaku. Belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah masalah yang dihadapi. Kecenderungan ini timbul karena proses pembangunan yang selama ini berlangsung kurang melibatkan masyarakat secara aktif.
Perubahan ukuran drainase akibat pelebaran jalan yang terjadi di jalan Panglima A’im Kecamatan Pontianak Timur. Ukuran yang semula dapat menampung air hujan sekarang menjadi semakin kecil sehingga dapat menyebabkan terjadinya banjir di daerah ini.
Dengan semakin banyaknya pedagang yang berjualan di pinggir jalan yang kadang membuang sampah ataupun limbah cairnya langsung ke saluran drainse mengakibatkan penyumbatan pada saluran drainase dan betambahnya volume air yang harus di tampung saluran drainase itu sendiri.

Dapat dilihat pada denah di bawah, saluran drainase di Jalan Panglima A’im Kecamatan Pontianak Timur ini merupakan jenis saluran drainase tersier karena merupakan muara dari saluran kuarter dari setiap rumah-rumah penduduk. Air dari saluran drainase di Jalan Panglima A’im Kecamatan Pontianak Timur ini lalu akan mengalir menuju saluran drainase tersier yang ada di depan Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI) dan menuju saluran sekunder di persimpangan lampu lalu lintas Jalan Tanjung Raya 2 dan akan menuju ke saluran drainase primer yaitu Sungai Kapuas.



  



SOLUSI
Beberapa alternatif solusi tersebut adalah :
1.    Solusi yang paling murah dan mudah adalah panen hujan dan aliran permukaan. Hal ini harus didukung oleh penatagunaan lahan sesuai dengan kemampuannya agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Metoda ini dapat memberikan keuntungan pada petani dalam mengurangi dampak banjir. Caranya mudah yaitu dengan menampung dan menyimpan sebagian air hujan dan aliran permukaan kedalam embung-embung atau kolam-kolam, hal ini tetntu saja didukung dengan penanaman vegetasi di sekitar saluran drainase. Air yang ditampung pada musim hujan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk tambahan air irigasi (supplementary irrigation) pada musim kemarau. Agar nilai ekonomi air dapat ditingkatkan, komoditas yang diusahakan dipilih yang bernilai ekonomi tinggi (buah-buahan dan sayuran). Penurunan volume air hujan dan aliran permukaan akibat panen hujan dan aliran permukaan akan dapat menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon saluran drainase dan selang waktu antara curah hujan maksimum dan debit maksimum. Aplikasi teknologi panen hujan dan aliran permukaan ini sudah saatnya disebar luaskan agar manfaat yang diterima  masyarakat dapat dioptimalkan.
2.    Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB). Biopori dapat terbentuk dengan cara membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi dengan bahan organik, seperti sampah organik rumah tangga, daun, dan potongan rumput. Bahan organik tersebut menjadi makanan organisme di dalam tanah sehingga aktifitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas organisme maka semakin banyak biopori yang terbentuk. Pembuatan LRB mudah, murah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Harga satu Bor LRB sekitar Rp 200 ribu dan bisa digunakan oleh banyak orang . Beberapa peralatan yang dibutuhkan sebagai berikut : bor tanah, ember, gayung, bambu dan pipa PVC. LRB yang dibuat dengan kedalaman 1 m dan diameter 10 cm dapat menampung volume sampah dan air hujan 7,9 liter dan luas resapan meningkat dari 80 cm persegi menjadi 3208 cm persegi (sekitar 40 kali lipat).
3.    Mengembangkan konsep dasar pengembangan drainase berkelanjutan yaitu meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan tersebut. Prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpan dan tipe peresapan. Fasilitas penyimpan air hujan di luar lokasi berfungsi mengumpulkan dan menyimpan limpasan air hujan di ujung hulu saluran atau tempat lain dengan membangun retarding basin atau kolam pengatur banjir. Dan untuk fasilitas resapan dikembangkan dikembangkan di daerah-daerah yang mempunyai tingkat permeabilitas tinggi dan secara teknis pengisian air tanah ini tidak mengganggu stabilitas geologi.
4.    Reforestrasi (penghutanan kembali) semua kawasan DAS, terutama bagian hulu, dengan berbagai jenis tumbuhan hutan dan dijaga serta dipelihara sampai benar-benar tumbuh dan tegak, mampu tumbuh sendiri dan aman dari gangguan orang ataupun binatang. Program penanaman 1 juta atau 1 milyar pohon dari presiden SBY patut kita dukung dan dilaksanakan secara serius di lapangan.
5.    Penegakan hukum  untuk para perusak hutan dan para pelanggar rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sudah saatnya pemerintah bertindak tegas terhadap para perusak hutan baik yang legal maupun illegal, juga para pelanggar RTRW sehingga proses degradasi (perusakan) hutan ke depan dapat ditekan sekecil mungkin, begitu juga proses alih fungsi lahan yang tidak terencana harus dapat diminimalkan. Dalam hal ini implementasi UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang harus betul-betul dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen. Penanganan banjir tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, tetapi perlu partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Kampanye pelestarian lingkungan harus terus digalakkan. Konsep panen hujan dan lubang resapan biopori, gerakan penghutanan kembali lahan-lahan gundul serta pentaatan terhadap RTRW, harus diterapkan diseluruh Indonesia sebagai antisipasi penanganan banjir yang murah, mudah efektif dan efisien.

Konservasi Banjir Kota Pontianak


Ada beberapa cara yang dapat lakukan meskipun tidak semuanya dalam rangka konservasi banjir untuk daerah Kota Pontianak, yaitu :
3.1.1   Menanam Pohon
Bertujuan agar air hujan tidak langsung mengalir ke saluran drainase primer atau sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air hasil penyerapan banjir pada akar pohon akan digunakan sebagai air cadangan pada saat musim kemarau bagi pohon tersebut.
3.1.2   Mengolah Sampah
Tidak membuang sampah ke sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang. Cara yang paling tepat adalah dengan menggunakan pengolahan sampah berkonsep 3R (reduce, reuse, recycle).
3.1.3   Sumur Resapan
Merupakan salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sumur resapan tidak cocok diterapkan di Kota Pontianak, karena muka air tanah Kota Pontianak cukup tinggi.
3.2         Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan suatu metode untuk konservasi air dan tanah. Biopori sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan) yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
http://alamendah.files.wordpress.com/2009/10/lubang-biopori.jpg
Gambar 3.1 Lubang Resapan Biopori

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana yaitu yang telah digali dengan dalam sekitar 1 meter diisi dengan sampah organik yang berfungsi memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Setelah itu pori-pori atau terowongan dalam tanah (biopori) yang terbentuk dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal.


3.2.1   Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Setiap lahan 100 m2 yang dibuat lubang sebanyak 30 titik dengan jarak antar lubang 0,5 meter sampai 1 meter. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik dari dapur, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari dan akan menjadi kompos dalam waktu 15 - 30 hari. Untuk sampah organik dari kebun (daun dan ranting) dapat menjadi kompos dalam waktu 2 – 3 bulan. Adapun langkah-langkah pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB), antara lain (Brata, 2007) :
a.              Persiapan
1.    Siapkan alat bor
http://madiunberkebun.files.wordpress.com/2011/11/biopori2.jpg
Gambar 3.2 Bor untuk Membuat Lubang Resapan Biopori
2.    Buat alur air menurut kontur
3.    Buat alur mengitari pohon
b.             Pelaksanaan
1.    Buat lubang diameter 10 cm, kedalaman 30 cm sampai dengan 100 cm.
2.    Angkat alat bor pada saat mata bor penuh tanah (±10 cm kedalaman), buang tanah yang terangkat di mata bor dengan menggoreskan pisau pada kedua sisi mata bor. Ulangi pembuatan lubang sampai kedalaman sesuai ketentuan.
3.    Untuk LRB saluran air, jarak antar lubang 0,5 m – 1 m, sedangkan LRB di pohon cukup dibuat 3 lubang per pohon (posisi segitiga sama sisi).
4.   Lakukan pengerasan bibir lubang dengan memplasternya menggunakan semen atau potongan pipa berdiameter 10 cm untuk mencegah erosi tanah masuk ke lubang dan mempertahankan agar mulut lubang tetap rapih.
5.  Buat pengaman lubang agar tidak terperosok ke lubang. Sebaiknya menggunakan besi, bukan kawat.
6.    Isi lubang dengan sampah organik (sisa dapur, sampah kebun/taman). Jangan memasukkan sampah non organik (besi, plastik, baterai, stereofoam, dll)
7.    Masukkan sampah ke dalam lubang dengan bantuan tongkat yang tumpul agar sampah masuk lebih dalam, namun juka sampahnya hanya sedikit, sampah cukup diletakkan dalam mulut lubang saja, agar sedimen/tanah tidak masuk.
c.              Perawatan
a.    Jaga lubang tetap terisi sampah organik dengan cara mengisi sampah organik secara rutin.
b.   Apabila menggunakan sampah organik dapur maka setelah ±2 minggu sudah dapat dimanfaatkan sebagai kompos.
c.   Apabila menggunakan sampah kebun (daun/ranting) setelah ±2 bulan sudah menjadi kompos dan pengambilan kompos dengan cara menggunakan alat bor.
d.   Jangan memasukan sampah selain sampah organik karena hal itu hanya menyebabkan penyumbatan pada lubang resapan.
3.2.2   Manfaat dan Keunggulan Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori (LBR) adalah teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk mengurangi genangan air dan sampah organik. Beberapa keunggulan LRB (hasil wawancara dengan Kepala Seksi Rehabilitasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pontianak):
1.  Sistem pori dan terowongan dalam tanah yang dibentuk oleh cacing mampu meresapkan air lebih cepat.
2.  Pemilahan sampah dari sumber (rumah tangga) dimana sampah organik yang dimasukkan ke dalam LRB dapat menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik didaur ulang.
3.    Memanfaatkan peran aktivitas cacing tanah dan akar tanaman.
4.   Mengurangi dampak bencana akibat genangan air dan tumpukan sampah seperti mewabahnya penyakit demam berdarah dan malaria.
5.   Tersedianya cadangan air tanah di musim kemarau, sehingga tumbuhan tidak mengalami kekeringan.
6.   Membantu mengurangi dampak pemanasan global, karena tumbuhan yang dapat menyerap gas rumah kaca dapat bertahan saat kemarau dengan menggunakan cadangan air dalam tanah.
Untuk pengaplikasiannya di Kota Pontianak, biopori ini masih didiskusikan oleh pemerintah setempat, mengingat bahwa Kota Pontianak memiliki muka air tanah yang tinggi sehingga ditakutkan dalam pembuatan lubang untuk biopori tidak akan mencapai kedalaman yang sesuai dengan persyaratan. Meskipun begitu, pihak pemerintah Kota Pontianak yang dibantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Konservasi Sumber Daya Alam, Badan Lingkungan Hidup, dan Dinas Pekerjaan Umum masih melakukan penelitian dan survey lokasi wilayah di Kota Pontianak yang masih memungkinkan untuk dibuat biopori terutama di daerah rawan banjir di Kota Pontianak.

3.3         Paving Block
Cara pencegahan banjir yang masih dilakukan di Kota Pontianak adalah dengan menggunakan Paving Block. Paving block digunakan untuk menutupi permukaan tanah yang akan dijadikan jalan ataupun halaman dengan maksud menahan air hujan agar tidak langsung menyerap ke tanah, sehingga mengurangi potensi tanah jenuh dalam menyerap air hujan. Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving blok lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya.
Keunggulan Paving Blok dibandingkan pelapisan jalan dengan aspal :
1.    Daya serap air melalui Paving Block menjaga keseimbangan air tanah untuk menopang betonan/rumah diatasnya.
2.    Pemeliharaan mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar.
3.    Serapan air yang baik sekitar rumah / lokasi tertentu akan menjamin ketersediaan air tanah untuk bisa dijadikan sumur bor dan dimanfaatkan airnya.
3.3.1   Proses Pembuatan Paving Block
Bahan-bahan dan cara pembuatan paving block sederhana adalah sebagai berikut :
a.    Bahan-bahan yang di butuhkan :
1.    Semen, berfungsi untuk :
1.1    Membuat beton yang kedap air.
1.2    Menguatkan beton.
1.3    Mengeraskan ketika diaduk dengan air.
2.    Pasir, berfungsi untuk :
2.1    Mengurangi penyusutan beton.
2.2    Pasir membantu pengerasan semen dengan memberi jalan masuk air di tempat yang kosong.
3.    Air, berfungsi untuk :
3.1    Air membasahi permukaan kerikil.
3.2    Membantu meratakan semen di seluruh kerikil dan membantu pengadukannya.
b.    Langkah-langkah membuat Paving Block :
1.    Taburkan sejumlah pasir yang telah diukur setebal 10 cm di kotak adukan.
2.    Tuang semen di atas pasir dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai warna keduanya tercampur.
3.    Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di tengah.
4.    Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang merata.
5.    Jika menggunakan kerikil, sekarang tambahkan dalam takaran yang sesuai kerikil dan aduk hingga setiap kerikil terlapisi secara merata.
6.    Periksa adukan ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil.  Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap untuk dicetak.
7.    Masukkan hasil adukan yang sudah lulus uji retak tadi kedalam cetakan sesuai yang sesuai dengan yang diinginkan, lalu jemur dan setelah kering Paving Block siap digunakan.
3.3.2   Aplikasi Paving Block di Kota Pontianak
Selama bertahun-tahun pemakaian paving block di Kota Pontianak sangat beraneka ragam diantaranya yaitu :
1.    Jalan lingkungan Perumahan
2.    Area parkir Gedung, Ruko, Sekolahan, Rumah Sakit, Tempat Ibadah dll
3.    Pedestrian/trotoar
4.    Halaman rumah
Meskipun mempunyai keunggulan dan sudah banyak diaplikasikan, metode paving block ini tetap masih memiliki kekurangan untuk diterapkan sepenuhnya di daerah Kota Pontianak di antaranya :
a.    Mudah pecah saat menahan beban berat jika permukaan tanah tidak rata atau padat.
b. Karena umumnya tanah di Kota Pontianak adalah gambut, membuat permukaan tanah mudah untuk turun, karena tanah gambut memiliki kadar air yang tinggi. Sehingga setelah pemasangan paving block, banyak sekali kejadian kontur paving menjadi tak beraturan akibat tanah yang turun.