Ada
beberapa cara yang dapat lakukan meskipun tidak semuanya dalam rangka konservasi banjir untuk
daerah Kota Pontianak, yaitu :
3.1.1
Menanam
Pohon
Bertujuan
agar air hujan tidak langsung mengalir ke saluran drainase primer atau sungai,
tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air hasil penyerapan banjir pada
akar pohon akan digunakan sebagai air cadangan pada saat musim kemarau bagi
pohon tersebut.
3.1.2
Mengolah
Sampah
Tidak
membuang sampah ke sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir.
Jika sampah dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air
yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang. Cara yang paling tepat
adalah dengan menggunakan pengolahan sampah berkonsep 3R (reduce, reuse, recycle).
3.1.3
Sumur
Resapan
Merupakan
salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu
yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah
atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi
memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke
dalam tanah. Sumur resapan tidak cocok diterapkan di Kota Pontianak, karena
muka air tanah Kota Pontianak cukup tinggi.
3.2
Lubang
Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori
(LRB) merupakan suatu metode untuk konservasi air dan tanah. Biopori sendiri
merupakan pori-pori berbentuk lubang (terowongan) yang terbentuk oleh aktivitas
organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan
menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga
tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Gambar
3.1 Lubang Resapan Biopori
Lubang
Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak
melebihi kedalaman muka air tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori
sangat sederhana yaitu yang telah digali dengan dalam sekitar 1 meter diisi
dengan sampah organik yang berfungsi memicu biota tanah seperti cacing dan
semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang
disebut biopori. Setelah itu pori-pori atau terowongan dalam tanah (biopori)
yang terbentuk dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal.
3.2.1
Cara Membuat
Lubang Resapan Biopori
Setiap lahan 100 m2 yang dibuat lubang sebanyak 30
titik dengan jarak antar lubang 0,5 meter sampai 1 meter. Bila lubang yang
dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8
liter sampah organik dari dapur, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik
dapur 2-3 hari dan akan menjadi kompos dalam waktu 15 - 30 hari. Untuk sampah
organik dari kebun (daun dan ranting) dapat menjadi kompos dalam waktu 2 – 3
bulan. Adapun langkah-langkah pembuatan
Lubang Resapan Biopori (LRB), antara lain (Brata, 2007) :
a.
Persiapan
1.
Siapkan alat bor
Gambar 3.2 Bor untuk Membuat Lubang Resapan Biopori
2.
Buat alur air menurut kontur
3.
Buat alur mengitari pohon
b.
Pelaksanaan
1. Buat
lubang diameter 10 cm, kedalaman 30 cm sampai dengan 100 cm.
2. Angkat
alat bor pada saat mata bor penuh tanah (±10 cm kedalaman), buang tanah yang
terangkat di mata bor dengan menggoreskan pisau pada kedua sisi mata bor.
Ulangi pembuatan lubang sampai kedalaman sesuai ketentuan.
3. Untuk
LRB saluran air, jarak antar lubang 0,5 m – 1 m, sedangkan LRB di pohon cukup
dibuat 3 lubang per pohon (posisi segitiga sama sisi).
4. Lakukan
pengerasan bibir lubang dengan memplasternya menggunakan semen atau potongan
pipa berdiameter 10 cm untuk mencegah erosi tanah masuk ke lubang dan
mempertahankan agar mulut lubang tetap rapih.
5. Buat
pengaman lubang agar tidak terperosok ke lubang. Sebaiknya menggunakan besi,
bukan kawat.
6. Isi
lubang dengan sampah organik (sisa dapur, sampah kebun/taman). Jangan
memasukkan sampah non organik (besi, plastik, baterai, stereofoam, dll)
7. Masukkan
sampah ke dalam lubang dengan bantuan tongkat yang tumpul agar sampah masuk
lebih dalam, namun juka sampahnya hanya sedikit, sampah cukup diletakkan dalam
mulut lubang saja, agar sedimen/tanah tidak masuk.
c.
Perawatan
a. Jaga
lubang tetap terisi sampah organik dengan cara mengisi sampah organik secara
rutin.
b. Apabila
menggunakan sampah organik dapur maka setelah ±2 minggu sudah dapat
dimanfaatkan sebagai kompos.
c. Apabila
menggunakan sampah kebun (daun/ranting) setelah ±2 bulan sudah menjadi kompos
dan pengambilan kompos dengan cara menggunakan alat bor.
d. Jangan
memasukan sampah selain sampah organik karena hal itu hanya menyebabkan
penyumbatan pada lubang resapan.
3.2.2
Manfaat dan Keunggulan Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori (LBR) adalah teknologi tepat guna yang
bermanfaat untuk mengurangi genangan air dan sampah organik. Beberapa
keunggulan LRB (hasil wawancara dengan Kepala Seksi Rehabilitasi Bencana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pontianak):
1. Sistem
pori dan terowongan dalam tanah yang dibentuk oleh cacing mampu meresapkan air
lebih cepat.
2. Pemilahan
sampah dari sumber (rumah tangga) dimana sampah organik yang dimasukkan ke
dalam LRB dapat menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik didaur ulang.
3. Memanfaatkan
peran aktivitas cacing tanah dan akar tanaman.
4. Mengurangi
dampak bencana akibat genangan air dan tumpukan sampah seperti mewabahnya
penyakit demam berdarah dan malaria.
5. Tersedianya
cadangan air tanah di musim kemarau, sehingga tumbuhan tidak mengalami
kekeringan.
6. Membantu
mengurangi dampak pemanasan global, karena tumbuhan yang dapat menyerap gas
rumah kaca dapat bertahan saat kemarau dengan menggunakan cadangan air dalam
tanah.
Untuk pengaplikasiannya di Kota Pontianak, biopori ini masih
didiskusikan oleh pemerintah setempat, mengingat bahwa Kota Pontianak memiliki
muka air tanah yang tinggi sehingga ditakutkan dalam pembuatan lubang untuk
biopori tidak akan mencapai kedalaman yang sesuai dengan persyaratan. Meskipun
begitu, pihak pemerintah Kota Pontianak yang dibantu Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Badan Konservasi Sumber Daya Alam, Badan Lingkungan
Hidup, dan Dinas Pekerjaan Umum masih melakukan penelitian dan survey lokasi
wilayah di Kota Pontianak yang masih memungkinkan untuk dibuat biopori terutama
di daerah rawan banjir di Kota Pontianak.
3.3
Paving Block
Cara pencegahan banjir yang masih dilakukan di Kota Pontianak
adalah dengan menggunakan Paving Block. Paving block digunakan untuk menutupi
permukaan tanah yang akan dijadikan jalan ataupun halaman dengan maksud menahan
air hujan agar tidak langsung menyerap ke tanah, sehingga mengurangi potensi
tanah jenuh dalam menyerap air hujan. Diantara berbagai macam alternatif
penutup permukaan tanah, paving blok lebih memiliki banyak variasi baik dari
segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan.
Penggunaan paving blok juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan
bangunan penutup tanah lainnya.
Keunggulan Paving Blok dibandingkan pelapisan jalan dengan
aspal :
1. Daya
serap air melalui Paving Block menjaga keseimbangan air tanah untuk menopang
betonan/rumah diatasnya.
2. Pemeliharaan
mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar.
3. Serapan
air yang baik sekitar rumah / lokasi tertentu akan menjamin ketersediaan air
tanah untuk bisa dijadikan sumur bor dan dimanfaatkan airnya.
3.3.1
Proses
Pembuatan Paving Block
Bahan-bahan dan cara pembuatan paving block sederhana adalah
sebagai berikut :
a.
Bahan-bahan yang di butuhkan :
1. Semen,
berfungsi untuk :
1.1 Membuat
beton yang kedap air.
1.2 Menguatkan
beton.
1.3 Mengeraskan ketika diaduk dengan
air.
2. Pasir,
berfungsi untuk :
2.1 Mengurangi
penyusutan beton.
2.2 Pasir
membantu pengerasan semen dengan memberi jalan masuk air di tempat yang kosong.
3. Air,
berfungsi untuk :
3.1 Air
membasahi permukaan kerikil.
3.2 Membantu
meratakan semen di seluruh kerikil dan membantu pengadukannya.
b. Langkah-langkah
membuat Paving Block :
1. Taburkan
sejumlah pasir yang telah diukur setebal 10 cm di kotak adukan.
2. Tuang
semen di atas pasir dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai warna keduanya
tercampur.
3. Bentuk
adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di tengah.
4. Siram
dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang merata.
5. Jika
menggunakan kerikil, sekarang tambahkan dalam takaran yang sesuai kerikil dan
aduk hingga setiap kerikil terlapisi secara merata.
6. Periksa
adukan ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil. Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan
sedikit basah, adukan siap untuk dicetak.
7. Masukkan
hasil adukan yang sudah lulus uji retak tadi kedalam cetakan sesuai yang sesuai
dengan yang diinginkan, lalu jemur dan setelah kering Paving Block siap
digunakan.
3.3.2
Aplikasi
Paving Block di Kota Pontianak
Selama bertahun-tahun pemakaian paving block di Kota Pontianak sangat beraneka
ragam diantaranya yaitu :
1. Jalan
lingkungan Perumahan
2. Area
parkir Gedung, Ruko, Sekolahan, Rumah Sakit, Tempat Ibadah dll
3. Pedestrian/trotoar
4. Halaman
rumah
Meskipun mempunyai keunggulan dan sudah banyak diaplikasikan,
metode paving block ini tetap masih memiliki kekurangan untuk diterapkan
sepenuhnya di daerah Kota Pontianak di antaranya :
a. Mudah
pecah saat menahan beban berat jika permukaan tanah tidak rata atau padat.
b. Karena umumnya tanah di Kota Pontianak adalah gambut,
membuat permukaan tanah mudah untuk turun, karena tanah gambut memiliki kadar
air yang tinggi. Sehingga setelah pemasangan paving block, banyak sekali
kejadian kontur paving menjadi tak beraturan akibat tanah yang turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar